Minggu, 13 Juni 2010

Laporan Teater

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah- Nya. Hanya dengan karunia dan ijin dari Allah SWT penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Karnafal Teater Exprerimental. Tulisan ini disusun sebagai persyaratan untuk memenuhi mata kuliah Filsafat Seni.

Selain itu tulisan ini dapat terwujud atas bantuan dari berbagai pihak. Dorongan dari orang tua, serta sanak saudara, dialog dan sumbang saran dengan rekan-rekan se jurusan, serta bimbingan dari beberapa dosen yang turut memperlancar proses penyelesaian tulisan ini

Penulis menyadari adanya kekurangan dan kelemahan pada penulisan skripsi ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat diharapkan untuk pijakan penulisan berikutnya. Besar harapan penulis semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, 01 Juni 2010

PENULIS

DAFTAR ISI

Halaman Judul…………………………………………………… 1

Kata Pengantar………………………………………………….. 2

Daftar isi……………………………………………………….. 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………… 4

B. Perumusan Masalah………………………………. 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Drama…………………………………. 6

B. Pengertian Teater………………………….. ……. 6

C. Tujuan Teater……………………………………. 6

D. Macam-Macam Teater……………………. ……. 7

E. Contoh Teater…………………………….. ……. 8

F. Tanggapan tentang “Karnaval Teater Experimental” 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………. 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap karya seni, apa pun jenisnya mengandung tiga aspek mendasar yakni: (a) Wujud (apperance); (b) bobot (content, substance); dan (c) Penampilan (presentation). Ada tiga unsur yang berhubungan dengan sifat-sifat keindahan suatu karya seni, yaitu: (1) Unity (keutuhan,\ kebersatuan, kekompakan, tidak ada cacatnya); (2) Complexity (kerumitan, keanekaragaman) dan (3) Intensity (intensitas, kekuatan, keyakinan, kesungguhan). Kata drama berasal dari kata Yunani, draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya. Jadi, kata drama dapat diartikan sebagai perbuatan atau tindakan. Drama adalah karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud di pertunjukkan oleh aktor. Pementasan naskah drama dikenal dengan istilah teater. Drama yang memiliki muatan sastra mulai ada pada 1926, yaitu dengan lahirnya karya Rustam Effendi yang berjudul Bebasari.

Boen S. Umaryati membuat pembabakan drama sebagai berikut:

1. Periode I976-1942 (periode kebangkitan)

2. Periode 1942-1945 (periode pembangunan)

3. Periode 1945-1950 (periode awal perkembangan)

4. Periode 1950-1965 (periode perkembangan)

Pada periode kebangkitan, tema dan motif lakonnya sangat bersifat kepahlawanan, pengungkapannya romantis dan idealistis. Sastrawan pada masa ini adalah sebagai berkut

1. Rustam Efendi, karyanya Bebasari

2. Muhammad Yamin, karyanya Ken Arok dan Ken Dedes , Kalau Dewi Tara Sudah Berkata

3. Sanusi Pane, karyanya Airlangga, Kertajaya, Sandhyakala Ning Majapahit, dan Manusia Baru

4. Armin Pane, karyanya Lukisan Masa dan Setahun di Bedahulu

Periode pembangunan merupakan periode yang produktif. Hal ini ditandai pula dengan munculnya tema-tema romantis-realistis. Sastrawan pada masa ini adalah sebagai berikut:

1. Dr. Abu Hanifah (El Hakim), karyanya Taufan di Atas Asia, Dewi Reni, dan lnsan Kamil.

2. Usmar Ismail, karyanya Citra, Libwan Seniman, dan Mutiara di Nusa laut. Idrus, karyanya Jinak-jinak Merpati, Barang Tiada berharga, dan Antara Bumi dan Langit.

B. Perumusan Masalah

Dalam pembahasan Laporan ini saya akan memfokuskan pada beberapa masalah di bawah ini:
1.
Pengertian teater.

2. Macam Macam Teater.

3. Tanggapan Tentang Kanaval Teater Experimental “KANYA SARAGA”

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Drama

Drama adalah suatu bentuk ekspresi kesenian yang menggunakan tingkah laku dan dialog sebagai media untuk memperjelas suatu cerita.

Drama berasal dari kata “DRAN” berarti tingkah laku dan perbuatan.

B. Pengertian Teater

Teater berasal dari dari kata “THATRON” berarti suatu pertunjukan persembahan.

Sandiwara adalah pengajaran yang dilakukan melalui perlambang yang diwujudkan dalam bentuk tingkah laku dan dialog-dialog.

- Sandiwara berasal dari kata:

· “SANDI” berarti Rahasia

· “WARA” berarti Pengajaran.

C. Tujuan Teater

Teater memiliki tujuan yaitu :

1. Sebagai sarana upacara

2. Sebagai pendidikan

3. Sebagai sarana berekspresi

4. Sebagai hiburan

D. Macam-Macam Teater

Macam-macam teater yaitu :

1. Teater tradisional

Adalah teater yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat tertentu.

Cirri-ciri teater tradisional :

· Sederhana

· Spontan

· Penuh improvisasi

2. Teater klasik

Adalah teater yang tumbuh dan berkembang didalam kerajaan. Mempunyai sifat : mapan,teratur,ceritanya jelas,pelakunya terlatih dan dipertunjukkan didalam gedung.

3. Teater transisi

Adalah teater tradisional yang penyajiannya sudah dipengaruhi oleh teater barat.

4. Teater modern

Adalah teater yang dipengaruhi oleh teater barat dimana ceritanya sudah ditulis sampai penggarapannya yang teratur dan yang terorganisasi. Bahkan,penataan panggung,dekorasi,tata lampu,tata busana mendapat pengaruh dari barat.

5. Teater kontemporer

Adalah teater yang sudah jauh meninggalkan teater tradisional.

E. Contoh Teater

a. Teater tradisional

· Ketoprak :

Dari Jawa Tengah, biasanya menceritakan tentang cerita sejarah,cerita kerajaan dan cerita rakyat Jawa Tengah.

· Ludruk

Dari Jawa Timur, ludruk mempunyai cirri-ciri : Ceritanya diambil dari kehidupan sehari-hari masyarakat,sebelum pertunjukkan ludruk terlebih dahulu dibuka dengan tarian REMO.

· Tarling

Dari Jawa Barat, tarling mempunyai cirri-ciri : perpaduan antara drama dan musik, pemainnya banyak perempuan yang disebut Sinden.

· Lenong

Dari betawi (DKI Jakarta), lenong memiliki cirri-ciri : ceritanya diambil dari rakyat betawi,namun diselingi dengan humor.

· Barong

Dari Bali (Denpasar), barong mempunyai cirri-ciri : perpaduan antara teater,music dan tari,ceritanya tentang barong itu sendiri dan para tokoh protagonist dan antagonis.

b. Teater klasik

· Wayang kulit

· Wayang orang

· Wayang golek

c. Teater transisi

· Makyong

· Randai

· Mamanda

· Cekepung

· Demuluk

a. Teater kontemporer

· Monolog

Jenis drama yang diperankan oleh seorang pemain.

· Drama Absurd

Penokohan,alur,nama pelaku dan watak tidak dihiraukan oleh pengarang drama karena drama ini sangat jauh meninggalkan konvensi drama yang ada.

· Drama minikata

Drama yang menggunakan kata semini mungkin.

A. Tanggapan tentang Karnaval Teater Experimental “Kanya Saraga”

Unsur-Unsur Pementasan Drama “Kanya Saraga” dan Implementasinya

Pementasan drama merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan. Dalam pementasan, aktor bermain peran dan menunjukkan kebolehannya. Aktor memerankan tokoh cerita dengan karakter tertentu. Setiap tokoh cerita mempunyai peranan dan watak yang berbeda.

Dalam memberikan apresiasi terhadap pementasan drama “Kanya Saraga”, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya sebagai berikut :

1. Tema

Tema yang diambil pemain dalam drama Kanya Saraga adalah sosial. Tema ini dikembangkan agar tidak membeda-bedakan derajat orang.

2. Penokohan beserta gaya acting

Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak.

Dialog yang terjadi dalam drama Ini Budi adalah :

- kurang terdengar di berbagai tempat (volume kurang baik)

- kurang jelas (artikulasi belum baik)

- terkadang bisa dimengerti, terkadang kurang dimengerti (lafal kurang benar)

- menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)

Gerak yang terjadi dalama drama Kanya Saraga adalah :

- tidak terlihat dengan baik,. Sehingga tampak berat sebelah dan menimbulkan kesan yang tidak layak pandang dan terkesan bergerombol. (blocking kurang baik)

- ketika memainkan perannya, pemain sudah jelas memainkannya. (tidak raguragu dan tampak meyakinkan)

- gerak yang ditimbulkan pemain kurang bisa dimengerti oleh penonton, karena drama yang mereka tampilkan bersifat ambigu dan harus dimengerti sendiri sesuai kemampuan tiap-tiap individu. (kurang sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)

3. Latar atau setting panggung

Dalam pementasan drama, yang dimaksud latar atau setting adalah tempat yang dipakai untuk pementasan. Latar dalam pementasan drama juga berfungsi untuk memberi gambaran tentang cerita, yakni tempat, waktu, dan suasana sebuah peristiwa dalam cerita. Selain memberikan gambaran tempat, latar juga mempunyai fungsi sebagai arena permainan.

Latar dalam drama Ini Budi adalah :

- tempat, di daerah kerajaan

- waktu, zaman sekarang ini

- suasana, mengharukan

4. Alur atau jalan cerita

Jalannya cerita drama Kanya Saraga, dari satu adegan ke adegan berikutnya kurang jelas. Tetapi setelah difikirkan sendiri dan disimpulkan sendiri oleh penonton, alur cerita drama tersebut jelas yaitu mulai dari konflik yang muncul kemudian akibatnya.

5. Alokasi Waktu / Durasi Pementasan

Alokasi waktu selama pementasan drama Kanya Saraga terlalu lama sehingga menimbulkan kesan monoton bagi penontonnya. Penonton merasa drama itu kurang menarik karena durasinya yang terlalu panjang, volume suara jelas, dan ceritanya juga menarik. Apabila durasinya lebih diminimalisasikan, mungkin penonton tidak merasa bosan, karena mereka ingin segera memberhentikan drama tersebut.

6. Penataan panggung

Penataan panggung yang digunakan dalam drama Kanya Saraga adalah panggung yang ditata dalam tiap babak. Drama ini ditata dalam tiga babak.

Untuk model seperti ini, ada petugas khusus yang dapat mengosongkan dan menata perlengkapan yang diperlukan dengan cepat untuk adegan berikutnya. Ketika berpindah ke babak berikutnya, petugas mematikan lightingnya dan segera menata keperluan yang dibutuhkan dalam babak berikutnya.

7. Musik pengiring

Pemain menggunakan iringan musik untuk mendukung suasana dalam setiap adegan dan setiap babak. Iringan musik yang dipilih adalah musik yang menghibur dan bisa menimbulkan semangat bagi aktor dan penikmatnya.

Ketika suasana gembira menggunakan musik yang riang dan ketika suasana yang syahdu menggunakan alunan musik yang lembut.

8. Sound system

Sound systemnya kurang memadai karena pemain harus berteriak dengan lantang ketika berdialog. Itu saja, penonton kurang bisa menangkap apa yang dibicarakan oleh pemainnya. Sound system yang kurang memadai ini bisa berdampak pada jalannya cerita dan isi dari drama tersebut, terbukti penonton kurang faham dengan isi drama tersebut

9. Kostum

Kostum yang digunakan sudah sesuai dengan perannya masing-masing pemain. Kostum bersifat sederhana bertemakan kerajaan tetapi mendukung dengan peran yang dibawakannya. Dalam pemilihan kostum, tidak terlalu berlebihan, cukup simple tetapi sesuai.

10. Tata rias ( make-up )

Pemain juga tidak terlalu berlebihan dalam pemakaian make-up.. Jadi, make-up yang digunakan pun sesuai dengan umur mereka dan yang pasti make-up mereka sesuai dengan karakter yang dibawakan. Sedikit polesan di wajah mereka tetapi tidak terlalu norak, itu saja sudah cukup untuk pementasan para pemain.

11. Lighting ( pencahayaan )

Lighting yang digunakan adalah berfungsi untuk mendukung suasana. Pemain menggunakan spot light dengan aneka warna hal ini digunakan dalam setiap babaknya dengan mengatur warna lampu yang diinginkan dalam. Hal ini, tentunya pekerjaan seorang operator yang handal dalam pengaturan lampunya.

Ketika pergantian babak, lampu di atas panggung dimatikan dan ketika bermain peran lampu pun juga dimainkan sesuai adegan dalam setiap babak.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Model pembelajaran bermain peran dalam pembelajaran apresiasi drama merupakan salah satu masalah yang perlu menjadi perhatian pendidik saat ini. Selama ini, khususnya kemampuan anak didik dalam apresiasi drama masih rendah. Hal ini telah terbukti dengan adanya pementasan drama yang berjudul “Kanya Saraga”. Masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki lagi, tapi sejauh ini sudah hampir baik bila dibandingkan di tingkat sebelumnya. Setelah diketahui faktor penyebabnya antara lain :

(1) Bahan pengajaran drama belum dimanfaatkan secara maksimal,

(2) Peserta didik cenderung mengabaikan pembelajaran apresiasi drama,

(3) Pembelajaran apresiasi drama lebih mementingkan hasil sebagai produk daripada proses,

(4) Peserta didik selalu merasa bosan dan jenuh dalam belajar apresiasi drama,

Saran :

· Para pemain harus belajar lebih giat lagi tentang pemahaman apresiasi drama

· Para pemain juga harus meningkatkan gaya actingnya di atas panggung

· Bermain peran harus dilandasi dengan hati yang senang, ikhlas, dan merasa tidak terbebani.

· Para penonton juga harus mempelajari sungguh-sungguh sebagai bekal untuk kesempatan mendatang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar